Oleh: Ayu
Welirang (http://www.ayuwelirang.com)
Selamat tahun baru 2018, wahai
pembaca! Mengawali tahun 2018 ini, izinkan saya untuk membuat rekapitulasi
tentang semua literatur maupun film serta serial thriller dan detektif yang
berhasil saya selesaikan di tahun 2017. Beberapa buku, film, serta serial ini
sebenarnya merupakan bagian dari riset saya untuk merampungkan salah satu
naskah thriller yang saya garap. Adapun sub-genre yang akan muncul dalam
rekapitulasi ini cukup beragam. Tapi, saya akan mencoba untuk memberikan ulasan
personal atas ‘judul’ yang saya sebutkan di sini, sebagai bentuk apresiasi
sekaligus memberikan sedikit informasi pada Anda. Jadi, apa saja daftar
thriller dan detektif yang berhasil selesai selama tahun 2017 ini? Mari simak
daftarnya di bawah ini.
Time Renegades ini adalah salah satu film yang dirilis oleh CJ Entertainment Korea Selatan tahun 2016. Namun, saya memang baru sempat menontonnya di tahun 2017. Awal menonton, saya kira film ini akan penuh dengan drama atau romansa dan dibumbui sedikit suspense. Namun, ternyata tidak sesederhana itu, karena boleh saya sebut kalau film ini merupakan lintas genre. Nuansa thriller dan misterinya lebih dominan daripada romance, walau Kwak Jae-yong—sang sutradara mengkategorikan filmnya sebagai suspense-romance.
Film ini berkisah tentang Detektif
Gun Woo yang sedang bertugas di malam tahun baru untuk menangkap buronan yang
kemungkinan muncul di kerumunan orang yang menanti tahun baru. Dia lantas
melihat sosok perempuan (diperankan oleh Lim Soo-jung) melintas dan agak terpana.
Di saat bersamaan, pada tahun 1983, Ji-Hwan dan kekasihnya, sedang menanti
tahun baru 1984, lalu terjadi insiden pencopetan di tengah kerumunan. Pada
tahun 2015, Gun Woo juga mengalami hal serupa seperti 1983, yaitu berkejaran
dengan penjahat, walau premis pengejarannya berbeda (yang satu mengejar
buronan, yang satu mengejar pencopet). Singkat kata, mereka sama-sama terluka
akibat senjata yang dibawa si penjahat, lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah
siuman, mereka tiba-tiba bisa saling melihat kehidupan satu sama lain melalui
mimpi, walau berbeda tahun hidup.
Hal ini menggambarkan, bahwa misteri
yang diusung dalam Time Renegades merupakan misteri lintas genre dengan sains
fiksi sub-genre time travel. Lantas, tragedi pembunuhan, kebakaran sekolah
Ji-Hwan, dan juga kematian misterius siswi sekolah menggambarkan teka-teki yang
harus dipecahkan oleh kedua detektif, karena hingga tahun 2015, rupanya si
penjahat di tahun 1983 masih melakukan kejahatannya. Penjahat dalam film ini
digolongkan sebagai psikopat yang memiliki rencana cerdas, bahkan bisa
memalsukan atau framing kejahatan terhadap orang lain. Dan berlanjutlah kisah
yang mendebarkan dengan berbagai kematian.
Saya cukup menyukai film ini, karena
sejauh yang saya tahu, Korea Selatan didominasi oleh kisah cinta atau
slice-of-life dan juga komedi romantis. Maka, saat tahu ada cerita yang katanya
romantis tetapi malah lebih banyak unsur misterinya, saya jadi antusias. Film
ini cocok untuk mereka yang menyukai kisah misteri yang lintas genre dengan
time travel.
Berbeda dengan daftar di nomor satu, yang ini adalah novel. Novel Spammer ditulis oleh Ronny Mailindra, dan terbit di tahun 2016. Jadi, sebenarnya saya agak berdosa karena baru menyelesaikan novel ini di tahun 2017. Banyak distraksi yang muncul sehingga pembacaan novel ini harus tertunda.
Spammer merupakan salah satu novel
thriller Indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka—mengingat ada banyak
novel thriller maupun detektif lainnya yang juga diterbitkan Bentang, seperti
Rencana Besar, Hibiscus, Sudut Mati, Koin Terakhir, dan lain sebagainya. Saya
tertarik dengan Spammer, karena premis atau temanya agak mirip dengan salah
satu naskah yang saya rampungkan di GWP 2 tahun 2015, yaitu cerita bernuansa
techno-thriller. Dan satu hal yang saya senangi dari Spammer adalah, kemampuan
Bang Ronny Mailindra dalam membuat deskripsi latar dan suasana. Ini adalah hal
yang sulit, karena kebanyakan penulis memang lebih suka tell daripada show.
Namun, di novel Spammer ini, kita bisa mencerna beberapa istilah IT
(Information Technology), tanpa harus merasa dikuliahi oleh Bang Ronny.
Tapi, hal itu tidak sepenuhnya sesuai
kalau saya memposisikan diri sebagai pakar IT (kebetulan saya bekerja di bidang
IT juga, jadi sedikit banyak paham tentang apa yang ada dalam novel). Namun,
kali ini saya tidak memposisikan diri sebagai ‘anak IT’ melainkan sebagai
pembaca awam. Dan saya rasa, pembaca awam akan dapat mencerna apa yang Bang
Ronny suguhkan dalam Spammer karena istilah IT yang ada, dijelaskan dengan
cukup jelas melalui dialog dan deskripsi.
Beralih dari techno-thriller, saya terlempar ke psycho-thriller dengan sedikit bumbu police procedural, karena melibatkan tim FBI dan kepolisian lokal atau negara bagian di Amerika Serikat. Mindhunter sendiri diangkat dari buku non fiksi berjudul sama karya John Douglas—mantan agen FBI dan Mark Olshaker, seorang penulis. Mindhunter versi televisi, kurang lebih sama dengan kejadian nyata yang dialami John Douglas, saat pertama kali merintis criminal profiling di FBI tahun 70-an.
Tokoh John Douglas, menginspirasi
Holden Ford—agen FBI fiktif dalam serial televisi—ketika memulai criminal
profiling dan mengembangkan strategi untuk mewawancara atau menginvestigasi
para pelaku kriminal. Pada masa itu, FBI dan kepolisian masih melakukan praktik
penangkapan biasa saja, sesuai prosedur yang kolot. Namun, dengan terbukanya
pikiran Holden Ford untuk bersekolah lagi—karena didorong kekasihnya yang postgrad
di program studi Sosiologi. Holden Ford akhirnya mengambil mata kuliah yang
berhubungan dengan psikologi kriminal dan mencoba untuk mengembangkannya di
FBI. Namun, terhalang dengan tahun 70-an yang masih kolot dan belum bisa move
on ke strategi-strategi moderen atau belum terbukti, maka proses
pengembangan criminal profiling masih dilakukan secara perlahan
dan hati-hati. Ford bersama partnernya, Bill Tench dari Behavioral Science Unit
di FBI, berkeliling Amerika untuk mengajar kepolisian lokal tentang criminal
profiling, sekaligus mengumpulkan profil dan juga macam-macam pemicu perilaku
kriminal.
Sepanjang menonton, jangan harap ada
adegan percintaan atau drama manis, karena serial ini menitikberatkan pada
bagaimana Ford dan Tench mewawancara atau mencaritahu perilaku kriminal. Ada
banyak bahasa seksis, kata-kata tidak senonoh, vulgar, dan mengintimidasi.
Banyak juga gambar korban kejahatan yang brutal dengan tanda-tanda kekerasan
seksual. Hal semacam ini tentu tidak cocok ditonton dengan semangkuk mi ayam
atau mi bakso. Anda mungkin bisa muntah.
Baiklah, kembali ke yang santai, yaitu film dan serial televisi produksi Korea Selatan. Mengapa saya menggabung kedua judul ini dalam satu bahasan? Tentu saja karena premis yang disuguhkan kurang lebih sama, yaitu tentang konspirasi. Mungkin, saya akan menyebutnya conspiracy thriller. Kedua judul di atas—Defendant dan Fabricated City—sama-sama berkutat pada tokoh utama atau protagonis, yang mengalami framing alias kejahatan yang ditimpakan pada mereka. Jadi, mereka ini sebenarnya tidak jahat, tapi di awal film, mereka dijebloskan ke penjara dan bangun tanpa tahu alasan mereka dipenjara. Keduanya juga berusaha melarikan diri dari penjara dan berhasil.
Ketika keduanya berhasil kabur, ada
pembunuh bayaran yang bergerak cepat dan memburu mereka. Entah kenapa, plot
kedua kisah ini mirip. Yang membedakan keduanya hanyalah tokoh antagonis. Dalam
serial Defendant, tokoh antagonis adalah konglomerat yang membunuh saudara
kembarnya dan berpura-pura menjadi si saudara kembar yang mati. Ia lalu memburu
semua orang yang kemungkinan tahu identitasnya—kecuali orang kepercayaan dia
tentu saja. Sementara itu, di Fabricated City, tokoh antagonis sebenarnya
adalah orang yang tidak terduga-duga, dan ternyata ada di balik semua fabricated
case atau kasus yang dipalsukan dan merupakan pesanan dari anak orang kaya
yang tidak ingin masuk penjara. Maka si tokoh antagonis ini membuat framing alias
berita dan setting bohong di mana seolah-olah si Ji Chang-wook—pemeran
Kwon Yoo dalam Fabricated City—yang melakukan kejahatan.
Nomor lima ini, diproduksi oleh WOWOW, Jepang, walau ide ceritanya diadaptasi dari Cold Case Amerika oleh Meredith Stiehm. Ada sepuluh episode di mana setiap episode membahas kasus dingin—kasus yang sudah lama berlalu dan dibuka kembali sebelum statute of limitation kasus berakhir. Tokoh utamanya adalah favorit saya, yaitu Yo Yoshida yang memerankan Yuri Ishikawa. Yo Yoshida sendiri juga pernah bermain sebagai polisi wanita dalam serial Ourobouros yang diadaptasi dari manga. Dan di sini, dia juga bermain dengan Kenichi Takito dan Ken Mitsuishi yang juga muncul di Ourobouros.
Cold Case mungkin menjadi sepuluh
episode yang menurut saya cukup berbobot, karena setiap episode digambarkan
dengan plot yang padu (menurut saya loh ya). Walau satu episode hanya sepanjang
45 menit, tapi cara pemecahan kasus di divisi kasus dingin memakai metode yang
berbeda. Berhubung di divisi itu berisi orang yang berbeda-beda juga watak dan
perilakunya, mereka bisa saling menopang dengan metode mereka masing-masing.
Dan pada akhirnya, satu kasus yang pada episode lima telah tercium bahwa
penjahatnya adalah si “Pemburu”, tapi kita baru tahu misterinya di episode
sepuluh. Jadi, di serial ini sudah lintas sub-genre detektif, mulai dari police
procedural, whodunnit, dan howcatchem. (Baca https://detectivestoryid.wordpress.com
untuk lebih jelasnya).
Nah itulah lima rekapitulasi 2017
untuk thriller dan detektif favorit saya. Sebenarnya saya menghabiskan banyak
referensi untuk kedua genre ini sih, jadi mungkin akan saya berikan bonus di
bawah ini ya.
Zero no Shinjitsu
Drama tahun 2014 ini berkutat pada
penyelidikan ‘jenazah’ di Kanto Medical Center. Jadi, sudah pasti tokoh utama
(diperankan oleh Emi Takei) dan tokoh lainnya adalah petugas forensik yang
bekerjasama dengan kepolisian. Di sini kita sedikit banyak tahu kondisi-kondisi
jenazah setelah mati, bagaimana cara mengidentifikasi proses kematiannya, dan
bahkan bisa mengidentifikasi siapa yang mati duluan ketika menemukan dua jenazah
bersebelahan.
Stranger (Secret Forest)
Saya masukkan ini ke dalam bonus,
karena tentu saja ada Bae Doona. Doona Bae sudah terkenal di internasional
karena bermain dalam film dan serial garapan The Wachowskis, yaitu Sense8 dan
Cloud Atlas. Dari sana, saya jadi suka. Dan di sini, saya suka banget sama
Doona Bae karena dia jadi tokoh polisi wanita yang cerdas (tidak banyak drama
wanita), dan dia benar-benar bisa memukul orang sampai babak belur tanpa
pandang bulu.
Witch’s Court
Mohon maaf, ini juga drama Korea.
Karena saat ini sedang banyak drama Korea yang tidak cuma ‘romantis’, saya jadi
ingin memasukkan ini ke daftar bonus. Drama ini tidak ada romantis-romantisnya
sama sekali, karena dari judulnya saja sudah “Witch”. Jadi, drama ini berkutat
di kisah Ma Yi Deum, seorang Jaksa Penuntut Umum atau Prosecutor, yang dalam
bahasa Korea disebut Geomsa. Ma-geomsa hidup sendirian sampai ia
dewasa, karena saat masih SMP, ibunya diculik karena menjadi saksi kasus
kekerasan seksual yang dilakukan oleh detektif dengan backing kuat.
Sampai ia dewasa, si detektif yang dulu menculik ibunya, rupanya nyalon jadi
Senator (khas Indonesia banget ya, orang banyak kasus HAM malah nyalon jadi
apalah). Sampai dewasa dia belum aware sih, sampai akhirnya dia
memecahkan berbagai investigasi bersama tim ‘Sex Crimes Special Division’. Ma-geomsa
kerap memakai metode investigasi yang ‘jahat’ alias seperti ‘nenek sihir’,
demi mendapatkan fakta yang ia inginkan. Tapi, drama ini worth untuk
ditonton, karena baru kali ini saya menonton drama dengan tokoh perempuan yang
kuat, bahkan tergolong jahat pada diri sendiri, karena dia jarang nangis dan
benar-benar punya mental baja.
Lesson of the Evil
Ini film sudah lama, sekitar tahun
2012. Tapi, saya masukkan ke daftar bonus, karena film ini termasuk yang saya
ulang terus. Kenapa diulang? Hal itu selain karena ada Hideaki Ito, saya juga
menonton film ini untuk riset tokoh psikopat dan apa saja perilaku mereka yang
bisa diidentifikasi, walau psikopat memang terkadang tidak terduga. Lesson of the
Evil ini bercerita tentang guru tampan, charming, idola para siswi,
namun punya sisi gelap, yaitu dia adalah psikopat. Dia akhirnya menghabisi
seluruh siswanya di sekolah dan pura-pura diserang. *spoiler
Sekian saja rekapitulasi saya—yang
sebenarnya masih banyak tapi takut terlalu panjang kalau ditulis semua. Semoga
menambah informasi dalam mencari bahan-bahan untuk riset thriller dan cerita
detektif. Akhir kata saya ucapkan terima kasih telah membaca ini, dan semoga di
tahun 2018, makin banyak lagi cerita thriller baik dalam film maupun buku yang
dirilis oleh orang Indonesia.