Tuesday, January 2, 2018

Lima Rekapitulasi 2017 untuk Thriller dan Detektif



Oleh: Ayu Welirang (http://www.ayuwelirang.com)

Selamat tahun baru 2018, wahai pembaca! Mengawali tahun 2018 ini, izinkan saya untuk membuat rekapitulasi tentang semua literatur maupun film serta serial thriller dan detektif yang berhasil saya selesaikan di tahun 2017. Beberapa buku, film, serta serial ini sebenarnya merupakan bagian dari riset saya untuk merampungkan salah satu naskah thriller yang saya garap. Adapun sub-genre yang akan muncul dalam rekapitulasi ini cukup beragam. Tapi, saya akan mencoba untuk memberikan ulasan personal atas ‘judul’ yang saya sebutkan di sini, sebagai bentuk apresiasi sekaligus memberikan sedikit informasi pada Anda. Jadi, apa saja daftar thriller dan detektif yang berhasil selesai selama tahun 2017 ini? Mari simak daftarnya di bawah ini.

1.    Time Renegades


Time Renegades ini adalah salah satu film yang dirilis oleh CJ Entertainment Korea Selatan tahun 2016. Namun, saya memang baru sempat menontonnya di tahun 2017. Awal menonton, saya kira film ini akan penuh dengan drama atau romansa dan dibumbui sedikit suspense. Namun, ternyata tidak sesederhana itu, karena boleh saya sebut kalau film ini merupakan lintas genre. Nuansa thriller dan misterinya lebih dominan daripada romance, walau Kwak Jae-yongsang sutradara mengkategorikan filmnya sebagai suspense-romance.
Film ini berkisah tentang Detektif Gun Woo yang sedang bertugas di malam tahun baru untuk menangkap buronan yang kemungkinan muncul di kerumunan orang yang menanti tahun baru. Dia lantas melihat sosok perempuan (diperankan oleh Lim Soo-jung) melintas dan agak terpana. Di saat bersamaan, pada tahun 1983, Ji-Hwan dan kekasihnya, sedang menanti tahun baru 1984, lalu terjadi insiden pencopetan di tengah kerumunan. Pada tahun 2015, Gun Woo juga mengalami hal serupa seperti 1983, yaitu berkejaran dengan penjahat, walau premis pengejarannya berbeda (yang satu mengejar buronan, yang satu mengejar pencopet). Singkat kata, mereka sama-sama terluka akibat senjata yang dibawa si penjahat, lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah siuman, mereka tiba-tiba bisa saling melihat kehidupan satu sama lain melalui mimpi, walau berbeda tahun hidup.
Hal ini menggambarkan, bahwa misteri yang diusung dalam Time Renegades merupakan misteri lintas genre dengan sains fiksi sub-genre time travel. Lantas, tragedi pembunuhan, kebakaran sekolah Ji-Hwan, dan juga kematian misterius siswi sekolah menggambarkan teka-teki yang harus dipecahkan oleh kedua detektif, karena hingga tahun 2015, rupanya si penjahat di tahun 1983 masih melakukan kejahatannya. Penjahat dalam film ini digolongkan sebagai psikopat yang memiliki rencana cerdas, bahkan bisa memalsukan atau framing kejahatan terhadap orang lain. Dan berlanjutlah kisah yang mendebarkan dengan berbagai kematian.
Saya cukup menyukai film ini, karena sejauh yang saya tahu, Korea Selatan didominasi oleh kisah cinta atau slice-of-life dan juga komedi romantis. Maka, saat tahu ada cerita yang katanya romantis tetapi malah lebih banyak unsur misterinya, saya jadi antusias. Film ini cocok untuk mereka yang menyukai kisah misteri yang lintas genre dengan time travel.

2.    Spammer


Berbeda dengan daftar di nomor satu, yang ini adalah novel. Novel Spammer ditulis oleh Ronny Mailindra, dan terbit di tahun 2016. Jadi, sebenarnya saya agak berdosa karena baru menyelesaikan novel ini di tahun 2017. Banyak distraksi yang muncul sehingga pembacaan novel ini harus tertunda.
Spammer merupakan salah satu novel thriller Indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka—mengingat ada banyak novel thriller maupun detektif lainnya yang juga diterbitkan Bentang, seperti Rencana Besar, Hibiscus, Sudut Mati, Koin Terakhir, dan lain sebagainya. Saya tertarik dengan Spammer, karena premis atau temanya agak mirip dengan salah satu naskah yang saya rampungkan di GWP 2 tahun 2015, yaitu cerita bernuansa techno-thriller. Dan satu hal yang saya senangi dari Spammer adalah, kemampuan Bang Ronny Mailindra dalam membuat deskripsi latar dan suasana. Ini adalah hal yang sulit, karena kebanyakan penulis memang lebih suka tell daripada show. Namun, di novel Spammer ini, kita bisa mencerna beberapa istilah IT (Information Technology), tanpa harus merasa dikuliahi oleh Bang Ronny.
Tapi, hal itu tidak sepenuhnya sesuai kalau saya memposisikan diri sebagai pakar IT (kebetulan saya bekerja di bidang IT juga, jadi sedikit banyak paham tentang apa yang ada dalam novel). Namun, kali ini saya tidak memposisikan diri sebagai ‘anak IT’ melainkan sebagai pembaca awam. Dan saya rasa, pembaca awam akan dapat mencerna apa yang Bang Ronny suguhkan dalam Spammer karena istilah IT yang ada, dijelaskan dengan cukup jelas melalui dialog dan deskripsi.

3.    Mindhunter


Beralih dari techno-thriller, saya terlempar ke psycho-thriller dengan sedikit bumbu police procedural, karena melibatkan tim FBI dan kepolisian lokal atau negara bagian di Amerika Serikat. Mindhunter sendiri diangkat dari buku non fiksi berjudul sama karya John Douglas—mantan agen FBI dan Mark Olshaker, seorang penulis. Mindhunter versi televisi, kurang lebih sama dengan kejadian nyata yang dialami John Douglas, saat pertama kali merintis criminal profiling di FBI tahun 70-an.
Tokoh John Douglas, menginspirasi Holden Ford—agen FBI fiktif dalam serial televisi—ketika memulai criminal profiling dan mengembangkan strategi untuk mewawancara atau menginvestigasi para pelaku kriminal. Pada masa itu, FBI dan kepolisian masih melakukan praktik penangkapan biasa saja, sesuai prosedur yang kolot. Namun, dengan terbukanya pikiran Holden Ford untuk bersekolah lagi—karena didorong kekasihnya yang postgrad di program studi Sosiologi. Holden Ford akhirnya mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan psikologi kriminal dan mencoba untuk mengembangkannya di FBI. Namun, terhalang dengan tahun 70-an yang masih kolot dan belum bisa move on ke strategi-strategi moderen atau belum terbukti, maka proses pengembangan criminal profiling masih dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Ford bersama partnernya, Bill Tench dari Behavioral Science Unit di FBI, berkeliling Amerika untuk mengajar kepolisian lokal tentang criminal profiling, sekaligus mengumpulkan profil dan juga macam-macam pemicu perilaku kriminal.
Sepanjang menonton, jangan harap ada adegan percintaan atau drama manis, karena serial ini menitikberatkan pada bagaimana Ford dan Tench mewawancara atau mencaritahu perilaku kriminal. Ada banyak bahasa seksis, kata-kata tidak senonoh, vulgar, dan mengintimidasi. Banyak juga gambar korban kejahatan yang brutal dengan tanda-tanda kekerasan seksual. Hal semacam ini tentu tidak cocok ditonton dengan semangkuk mi ayam atau mi bakso. Anda mungkin bisa muntah.
4.    Fabricated City dan Defendant


Baiklah, kembali ke yang santai, yaitu film dan serial televisi produksi Korea Selatan. Mengapa saya menggabung kedua judul ini dalam satu bahasan? Tentu saja karena premis yang disuguhkan kurang lebih sama, yaitu tentang konspirasi. Mungkin, saya akan menyebutnya conspiracy thriller. Kedua judul di atas—Defendant dan Fabricated City—sama-sama berkutat pada tokoh utama atau protagonis, yang mengalami framing alias kejahatan yang ditimpakan pada mereka. Jadi, mereka ini sebenarnya tidak jahat, tapi di awal film, mereka dijebloskan ke penjara dan bangun tanpa tahu alasan mereka dipenjara. Keduanya juga berusaha melarikan diri dari penjara dan berhasil.
Ketika keduanya berhasil kabur, ada pembunuh bayaran yang bergerak cepat dan memburu mereka. Entah kenapa, plot kedua kisah ini mirip. Yang membedakan keduanya hanyalah tokoh antagonis. Dalam serial Defendant, tokoh antagonis adalah konglomerat yang membunuh saudara kembarnya dan berpura-pura menjadi si saudara kembar yang mati. Ia lalu memburu semua orang yang kemungkinan tahu identitasnya—kecuali orang kepercayaan dia tentu saja. Sementara itu, di Fabricated City, tokoh antagonis sebenarnya adalah orang yang tidak terduga-duga, dan ternyata ada di balik semua fabricated case atau kasus yang dipalsukan dan merupakan pesanan dari anak orang kaya yang tidak ingin masuk penjara. Maka si tokoh antagonis ini membuat framing alias berita dan setting bohong di mana seolah-olah si Ji Chang-wook—pemeran Kwon Yoo dalam Fabricated City—yang melakukan kejahatan.

5.    Cold Case


Nomor lima ini, diproduksi oleh WOWOW, Jepang, walau ide ceritanya diadaptasi dari Cold Case Amerika oleh Meredith Stiehm. Ada sepuluh episode di mana setiap episode membahas kasus dingin—kasus yang sudah lama berlalu dan dibuka kembali sebelum statute of limitation kasus berakhir. Tokoh utamanya adalah favorit saya, yaitu Yo Yoshida yang memerankan Yuri Ishikawa. Yo Yoshida sendiri juga pernah bermain sebagai polisi wanita dalam serial Ourobouros yang diadaptasi dari manga. Dan di sini, dia juga bermain dengan Kenichi Takito dan Ken Mitsuishi yang juga muncul di Ourobouros.
Cold Case mungkin menjadi sepuluh episode yang menurut saya cukup berbobot, karena setiap episode digambarkan dengan plot yang padu (menurut saya loh ya). Walau satu episode hanya sepanjang 45 menit, tapi cara pemecahan kasus di divisi kasus dingin memakai metode yang berbeda. Berhubung di divisi itu berisi orang yang berbeda-beda juga watak dan perilakunya, mereka bisa saling menopang dengan metode mereka masing-masing. Dan pada akhirnya, satu kasus yang pada episode lima telah tercium bahwa penjahatnya adalah si “Pemburu”, tapi kita baru tahu misterinya di episode sepuluh. Jadi, di serial ini sudah lintas sub-genre detektif, mulai dari police procedural, whodunnit, dan howcatchem. (Baca https://detectivestoryid.wordpress.com untuk lebih jelasnya).

Nah itulah lima rekapitulasi 2017 untuk thriller dan detektif favorit saya. Sebenarnya saya menghabiskan banyak referensi untuk kedua genre ini sih, jadi mungkin akan saya berikan bonus di bawah ini ya.

Bonus:


Zero no Shinjitsu
Drama tahun 2014 ini berkutat pada penyelidikan ‘jenazah’ di Kanto Medical Center. Jadi, sudah pasti tokoh utama (diperankan oleh Emi Takei) dan tokoh lainnya adalah petugas forensik yang bekerjasama dengan kepolisian. Di sini kita sedikit banyak tahu kondisi-kondisi jenazah setelah mati, bagaimana cara mengidentifikasi proses kematiannya, dan bahkan bisa mengidentifikasi siapa yang mati duluan ketika menemukan dua jenazah bersebelahan.

Stranger (Secret Forest)
Saya masukkan ini ke dalam bonus, karena tentu saja ada Bae Doona. Doona Bae sudah terkenal di internasional karena bermain dalam film dan serial garapan The Wachowskis, yaitu Sense8 dan Cloud Atlas. Dari sana, saya jadi suka. Dan di sini, saya suka banget sama Doona Bae karena dia jadi tokoh polisi wanita yang cerdas (tidak banyak drama wanita), dan dia benar-benar bisa memukul orang sampai babak belur tanpa pandang bulu.

Witch’s Court
Mohon maaf, ini juga drama Korea. Karena saat ini sedang banyak drama Korea yang tidak cuma ‘romantis’, saya jadi ingin memasukkan ini ke daftar bonus. Drama ini tidak ada romantis-romantisnya sama sekali, karena dari judulnya saja sudah “Witch”. Jadi, drama ini berkutat di kisah Ma Yi Deum, seorang Jaksa Penuntut Umum atau Prosecutor, yang dalam bahasa Korea disebut Geomsa. Ma-geomsa hidup sendirian sampai ia dewasa, karena saat masih SMP, ibunya diculik karena menjadi saksi kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh detektif dengan backing kuat. Sampai ia dewasa, si detektif yang dulu menculik ibunya, rupanya nyalon jadi Senator (khas Indonesia banget ya, orang banyak kasus HAM malah nyalon jadi apalah). Sampai dewasa dia belum aware sih, sampai akhirnya dia memecahkan berbagai investigasi bersama tim ‘Sex Crimes Special Division’. Ma-geomsa kerap memakai metode investigasi yang ‘jahat’ alias seperti ‘nenek sihir’, demi mendapatkan fakta yang ia inginkan. Tapi, drama ini worth untuk ditonton, karena baru kali ini saya menonton drama dengan tokoh perempuan yang kuat, bahkan tergolong jahat pada diri sendiri, karena dia jarang nangis dan benar-benar punya mental baja.

Lesson of the Evil
Ini film sudah lama, sekitar tahun 2012. Tapi, saya masukkan ke daftar bonus, karena film ini termasuk yang saya ulang terus. Kenapa diulang? Hal itu selain karena ada Hideaki Ito, saya juga menonton film ini untuk riset tokoh psikopat dan apa saja perilaku mereka yang bisa diidentifikasi, walau psikopat memang terkadang tidak terduga. Lesson of the Evil ini bercerita tentang guru tampan, charming, idola para siswi, namun punya sisi gelap, yaitu dia adalah psikopat. Dia akhirnya menghabisi seluruh siswanya di sekolah dan pura-pura diserang. *spoiler

Sekian saja rekapitulasi saya—yang sebenarnya masih banyak tapi takut terlalu panjang kalau ditulis semua. Semoga menambah informasi dalam mencari bahan-bahan untuk riset thriller dan cerita detektif. Akhir kata saya ucapkan terima kasih telah membaca ini, dan semoga di tahun 2018, makin banyak lagi cerita thriller baik dalam film maupun buku yang dirilis oleh orang Indonesia.




Saturday, July 16, 2016

ESP Insprasi dalam Supernatural Thriller


Extra Sensory Perception atau ESP adalah istilah dalam dunia parapsikologi yang artinya kemampuan untuk menangkap sebuah informasi menggunakan media selain kelima indra yang ada. Di sebut juga sixth sense atau bahasa kerennya indera keenam.

Orang-orang dengan kemampuan ini katanya memiliki aura yang berbeda dengan kebanyakan orang. Warna aura mereka adalah biru tua keungu-unguan makanya mereka sering disebut juga “Indigo”.

Sebenarnya sudah cukup lama saya mengenal dunia indigo. Namun saya baru memahami konsepnya setelah membaca sebuah buku psikologi remaja yang saya pinjam di perputakaan kampus jaman D3 dulu. Buku itu menerangkan bahwa ESP ada banyak sekali macamnya berikut ini beberapa contoh yang saya ingat. Maaf agak-agak lupa karena saya membaca buku itu sudah sangat lama tahun 2009, tujuh tahun yang lalu.

1. Precognition, adalah kemampuan memprediksi masa depan.
2. Retrocognition, adalah kemampuan melihat masa lalu
3. Psychometry adalah kemampuan menggali informasi dari benda mati dengan sentuhan
4. Telephaty, adalah kemampuan mendegarkan pikiran orang lain
5. Medium, kemampuan melihat dan berbicara dengan ruh orang yang telah mati
6. Clairvoyage, kemampuan melihat seseorang yang berada di tempat yang jauh.
7. Out o body, kemampuan untuk keluar dari tubuh dan merasuki tubuh orang lain
8. Telekinesis, kemampuan mengendalikan benda dengan menggunaka kekuatan pikiran
9. Hipnotis, kemampuan mengendalikan pikiran orang lain.

Buku tersebut mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki ESP, namun ada yang peka ada pula yang tidak peka. ESP pada diri seseorang dapat menjadi peka dengan metode latihan yang khusus.

Terlepas dari benar-tidaknya, saya menganggap teori keren. Lalu saya mulai membayangkan bagaimana jika ada banyak manusia di dunia ini yang memiliki kemampuan seperti ini dan bekerja sama dalam mengungkap kasus kejahatan. Wah... itu pasti keren sekali!

ESP adalah tema yang cukup menarik dan telah banyak dijadikan tema dari film dan komik. Berikut adalah beberapa referensi film yang mengisahkan tokoh-tokoh dengan kemampuan ESP. ESP ini masuk juga dalam genre supernatural thriller.

1. Heroes

Berkisah tentang orang-orang yang sebelumnya hanya orang biasa, namun mendadak jadi memiliki kekuatan supranatural setelah melihat gerhana matahari. Ada banyak tokoh dalam film ini namun menurut saya tokoh yang paling utama dan paling sering diceritakan adalah Peter Petreli. Mungkin juga karena kemampuannya bisa dibilang paling hebat di antara semua heroes yang ada karena dia memiliki kemampuan mengkopi kemampuan heroes lain yang pernah ditemuinya. Drama TV ini terdiri dari empat season. Saya punya lengkap bagi yang mau ngopi xixixi.

Tokoh yang memiliki kemampuan ESP dalam film ini adalah Parkman, seorang polisi yang dapat mendengarkan pikiran orang lain (telephaty). Saya pernah sangat tergila-gila dengan serial drama ini. Yaitu waktu saya masih kelas tiga SMA sekitar tahun 2008-2009. Saya sebenarnya cukup kecewa dengan drama ini. Menurut saya season pertama adalah yang terbaik. Akhir season pertama sangat epik, di mana tokoh utama dan tokoh penjahatnya sama-sama mati. Begitu dilanjutkan season kedua entah mengapa jalan ceritanya jadi tidak begitu bagus dan malah jadi mbulet. Seandainya saja drama ini tidak dilanjutkan ke season dua sampai empat mungkin drama ini akan menjadi drama terbaik sepanjang masa bagi saya.

2. X-men

Sepertinya saya tidak perlu terlalu banyak membahas tentang film garapan Marvel ini. Orang udik mana sih yang nggak tahu X-men? Film ini sudah ada dari jaman saya masih SD. Saya ingat, dulu wujudnya film kartun yang tayang di SCTV setiap sore. Saya beberapa kali menonton walau tidak terlalu paham jalan ceritanya. Maklum anak SD, nontonnya juga bolong-bolong. Intinya film ini mengisahkan orang-orang yang mengalami mutasi genetik sehingga memiliki kekuatan supernatural. Ada mutan baik yang berada di bawah pimpinan Profesor X dan mutan jahat di bawah pimpinan Magneto. Sekarang film ini sudah ada sembilan series. Untuk lebih lengkapnya silahkan intip wikipedia.com

Profesor X adalah tokoh yang menurut saya menguasai ESP sebab dapat membaca dan mengendalikan pikiran orang lain (telephaty dan hipnotis).

3. Supernatural

Ini adalah drama TV yang keren banget. Masih eksis dari tahun 2005 sampai sekarang. Sudah mencapai sepuluh season. Berbeda dengan Heroes yang sekuelnya serasa dipaksakan drama ini alurnya cukup mengalir. Drama ini berkisah tentang kakak beradik yang berpetulangan menjadi exorcist yaitu pemburu setan, vampir, iblis dan teman-temannya demi mencari tahu di mana keberadaan ayah mereka sekaligus membongkar misteri dibalik kematian ibu mereka. Meskipun drama ini berseri tapi setiap serinya mengisahkan cerita yang berbeda dan hantu yang berbeda sehingga tidak masalah meski kita tidak menonton secara tidak berurutan. Mungkin hal ini pula yang menyebabkan drama ini mampu eksis selama sepuluh tahun lebih. Kemampuan Sam dalam melihat sosok hantu dalam film ini dapat dikategorikan sebagai ESP (medium)

4. The Sixth Sense

Film ini bercerita tengan seorang pengacara yang bertemu dengan seorang anak kecil yang dapat melihat makhluk halus (medium). Bersama mereka berpetualang mengungkap berbagai kasus. Akhir film ini cukup membuat saya tercengang sebab tokoh sang pengacara ternyata sudah mati namun tidak sadar bahwa dirinya sudah mati.

5. Psychometrist Eiji

Tahun 2010 salah seorang teman sekelas saya membawa buku komik ke kelas. Sebagai seorang kutu komik tentu saja saya segera meminjam komik teman saya itu. Itulah pertama kali saya membaca komik ini dan langsung membuat saya jatuh cinta. Komik ini mengisahkan tentang seorang polwan bernama Ryoko yang bertemu dengan seorang pemuda berandalan bernama Eiji. Eiji memiliki kemampuan psychometrist. Ryoko lantas meminta bantuan dari Eiji dalam mengungkap kasus-kasus pembunuhan yang ditanganinya. Kasus pembunuhan dalam komik ini kebanyak berupa pembunuhan berantai dengan pembunuh yang pycho atau sakit jiwa.

6. Psychic Detective Yakumo

Beberapa kali saya melihat komik ini dipajang di toko buku sampai akhirnya saya memutuskan untuk meminjamnya di persewaan komik langganan saya. Menceritakan tentang seorang mahasiswi bernama Haruka Ozawa yang meminta bantuan pada mahasiswa aneh bernama Yakumo untuk menyelidiki tentang temannya yang kerasukan arwah seorang gadis. Yakumo memiliki mata yang memiliki warna berbeda. Matanya yang berwarna merah dapat melihat arwah orang yang telah mati (medium). Meskipun ceritanya berbau hantu, namun kasus-kasus dalam komik ini sangat logis dan menarik untuk dibaca.

7. Beyond the blind fold

Komik ini sebenarnya tidak bergenre thriller. Genrenya lebih ke arah slice of life.Tapi saya tetap memasukannya ke dalam postingan ini karena komik ini juga mengambil tema ESP. Komik ini menceritakan konsep dunia tutup mata. Bahwa kita ini sebenarnya menjalani dunia dengan mata yang tertutup sehingga kita tidak bisa melihat apa yang ada di depan kita (baca : masa depan) dan apa yang ada di belakang kita (baca: masa lalu). Dalam dunia ESP dua kemampuan ini disebut precognition dan retrocognition. Kanade adalah seorang gadis yang penutup matanya sering melorot sehingga kadang-kadang dia bisa melihat masa depan orang yang disentuhnya. Sementara Aro berpendapat penutup matanya sudah hilang sejak lama. Bedanya Aro hanya dapat melihat masa lalu tidak seperti Kanade yang dapat melihat masa depan. Lalu ada juga Namiki, kakak kelas mereka yang dapat melihat masa depan dengan lebih baik dari pada Kanade. Namiki hadir di tengah-tengah Kanade dan Aro serta menganggu kisah cinta mereka. Jujur komik inilah yang menjadi inspirasi terbesar saya dalam menulis Wish. Tokoh Igo dan Wulan dalam novel saya, terinspirasi dari Aro dan Kanade.

8. I Hear Your Voice

Negeri ginseng Korea pun tak mau kalah dari Barat dan Jepang dengan menghadirkan I Hear Your Voice. Drama ini mengisahkan tentang seorang remaja yang dapat mendengarkan pikiran orang lain(telephaty). Pemuda ini lantas bekerja sama dengan seorang pengacara cantik dalam membela orang yang tidak bersalah maupun mengungkap kasus kejahatan. Kisah cinta dalam film ini juga sangat unik dan menarik untuk disimak.

9. Anya, Dunia Paralel

Tidak hanya di luar negeri, dalam negeri pun memiliki kisah bertema ESP. Saya menemukan novel ini di Togamas Probolinggo, saat ikut berlibur ke rumah mertua kakak saya. Saya melongo saat membaca sinopsis novel ini lantaran konsep ceritanya yang hampir sama dengan WISH. Terlebih ada dua tokoh dalam novel ini yang memiliki nama yang sama dengan tokoh saya yaitu Igo dan Wulan. Saya sampai bertanya-tanya, bagaimana Kak Mery DT ini bisa memiliki jalan pikiran yang hampir sama dengan saya? Saya sedang berupaya mencari buku kedua dari sekuel ini tapi ternyata sulit. Saat saat akhirnya menemukan blog dari penulisnya, ternyata buku kedua masih belum selesai ditulis.

Buku ini berkisah tentang Anya yang dapat melihat hantu (medium). Anya berpetualang untuk membantu para hantu yang ditemuinya untuk menyelesaikan masalah mereka yang belum selesai (medium).

10. Touche

Saat sedang berselancar di dunia maya saya terkejut menemukan satu karya serupa lagi dengan cerita saya. Saya sadar sih memang tema cerita saya bukan tema baru jadi wajar saja jika ada cerita dengan tema yang sama. Namun yang membuat saya terheran-heran gaya menulis Kak Windhy ini cukup mirip dengan saya. (walau gaya penullisan saya sekarang sudah berubah). Setelah mencari tahu, rupanya Kak Windhy juga seorang otaku seperti saya, jadi wajar saja jika tulisan kami hampir sama yaitu sama-sama mangaish.

Menurut saya novel ini mengangkat tema ESP meskipun kak Windhy memiliki konsep tersendiri yang disebutnya sebagai touche, yaitu sebuah kemampuan menyerap sesuatu berdasarkan sentuhan.

Novel ini bercerita tentang tiga orang tokoh utama yaitu Indra, Riska, Dani dan Pak Yunus yang masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda. Indra dapat menyerap pikiran orang yang disentuhnya, Riska menyerap perasaan dari orang yang dia sentuh, Dani menyerap informasi dari buku yang disentuhnya, Pak Yunus dapat menyerap kemampuan bermusik dari alat musik yang dia sentuh. Novel ini bentuknya juga sekuel dan sudah ada buku keduanya. Meskipun sekuel buku pertama dan kedua tak banyak berhubungan. Tokoh utama dari buku kedua adalah Hiro yang dapat menyerap informasi berupa struktur kimia pada benda yang dia sentuh. Menurut saya kemampuan Hiro ini adalah hasil imajinasi dari kak Windhy sendiri sebab saya belum pernah menemukan kemampuan seperti ini dalam naskah lainnya. Dan tampaknya kemampuan ini tak dapat digolongkan dalam ESP.

11. WISH

WISH adalah cerita yang sudah saya rampungkan. (Maaf ya promosi hehe). Novel ini bercerita tentang empat orang remaja Igo, Haru, Wulan dan Shita. Igo memiliki kemampuan melihat masa lalu dari objek yang disentuhnya (retrocognition). Kekuatan Igo ini hanya dapat digunakan sembilan kali dalam sehari, jika lebih dari itu dia akan pingsan. Haru memiliki kemampuan membaca pikiran orang yang disentuhnya selama tiga detik (telephaty). Wulan dapat melihat masa depan (precognition). Namun berbeda dengan Igo dan Haru yang dapat mengontrol kemampuannya, kekuatan Wulan tidak dapat dikendalikan dan tidak muncul di saat sedang dibutuhkan. Shita adalah satu-satunya orang normal dalam kelompok ini, kecuali bogemnya yang luar biasa dan mudah melayang. Keempat remaja ini bahu-membahu dalam memecahkan berbagai kasus kejahatan yang ditangani oleh Kompol Adam, ayah Shita.

Sekarang novel ini masih bisa diintip di https://www.wattpad.com/myworks/70596264-wish-buku-1-sexual-harasement . Buruan dibaca yah karena akan saya hapus tangga 16 Juli jam 00.00 nanti. Setelah dihapus akan ada pre order, tunggu tanggal mainnya hehe.

Oleh : Rachmah Wahyu
Twitter : @rachmah_wahyu

Tuesday, June 21, 2016

Bicara Tentang Medical Thriller

Medical Thriller adalah sub genre dari thriller, cerita seru yang menceritakan tentang tenaga kesehatan (biasanya dokter) dalam menangangi berbagai penyakit yang mengancam jiwa pasien.
Sesuai dengan postingan saya awal puasa lalu, saya memiliki kesimpulan bahwa nyawa dalam cerita bergenre thriller adalah keragu-raguan dan ketegangan. Bahasa kerennya mistery and suspense. Dua nyawa inilah juga hidup dalam cerita-cerita bertema medis dan menjadikan mereka sub genre tersendiri, medical thriller.

Genre ini adalah genre yang amat saya gemari semasa kuliah dulu. Maklum saya mantan paramedis, cerita semacam ini selalu menarik perhatian saya karena berhubungan dengan profesi saya waktu itu. Sekarang saya sudah murtad (haha).

Genre ini adalah genre yang amat sangat luar biasa jarang diminati para penulis Indonesia. Sepengetahuan saya selama seperempat abad saya hidup dunia, saya belum pernah sekalipun menemui novel dengan genre medical thriller karya anak bangsa.

Sebenarnya ada banyak cerita dengan dokter sebagai tokoh utamanya di Indonesia, sebut saja Karmila. Namun, sisi yang lebih banyak ditonjolkan dalam cerita tetap saja romance. Padahal tenaga medis memiliki kehidupan serta profesi yang unik, jika ingin mengangkat cerita romance bukankah masih banyak profesia lainnya? Untuk itulah saya ingin menghidupkan genre ini di Indonesia. Saya sedang berupaya menulis cerita bergenre medical thriller yang bisa diintip di sini... http://gwp.co.id/candle-of-life/  (maaf ya promosi hehe).

CMIIW... bisa saja pengetahuan saya saja tentang pergerakan genre ini di Indonesia yang kurang. Jika teman-teman ada yang mengetahui karya anak bangsa yang mempersembahkan cerita semacam ini sebagai genre, beritahu saya ya!

Saya terkadang penasaran. Kenapa ya orang Indonesia itu tidak tertarik pada cerita bergenre medical thriller? Dan mengapa genre yang menjamur di Indonesia itu hanya genre romance menye-menye itu? Padahal genre ini sangat bagus. Tidak hanya seru sebagai hiburan, genre ini menyediakan informasi yang sangat bermanfaat.

Bisnis di dunia kesehatan itu tak sama dengan bisnis lainnya. Karena dalam dunia kesehatan terdapat asymetric information antara tenaga kesehatan dengan pasien. Contohnya saja jika kita mau beli mau beli hape, kita tinggal lihat fitur apa yang kita butuhkan lalu beli sesuai dengan budget. Tapi di dunia kesehatan hal ini tak dapat dilakukan.

Pasien adalah makhluk yang pasrah menerima perlakuan para tenaga medis terhadap diri mereka dan berharap kesembuhan. Mereka tidak tahu apakah dokter tersebut benar-benar kompeten dan amanah. Inilah yang membuat dunia medis begitu menarik, karena berfilofosi profit oriented sekaligus social oriented.  Boleh cari keuntungan tapi tidak bisa maksimal karena ada pula unsur sosial di dalamnya.

Ini adalah beberapa film dan komik bergenre medical thriller yang menjadi favorit saya.

 
1. Team Medical Dragon (TMD)


Team Medical Dragon (TMD) adalah sebuah film dengan tokoh utama dokter bedah jantung bernama Asada Ryoutarou yang direkrut oleh seorang asisten profesor Akira Kato untuk menyelesaikan tesisnya yang disebut Operasi Batista, sebuah prosedur operasi bedah jantung yang menjadi impan semua dokter. Mereka memiliki visi yang sama yaitu merubah sistem medis di Jepang yang sangat korup. Film ini diangkat dari manga dengan judul yang sama.

Film ini adalah film medical thriller pertama yang saya tonton. Saya tergila-gila dengan tokoh Ijuin yang diperankan oleh artis idola saya Om Koike Teppei. Itu Om Teppei ada di pojok kiri atas yang pakai kacamata (xixixi). Film ini tak hanya berisi dengan adegan-adegan operasi namun juga penuh dengan intrik politik.

Tokoh yang paling unik di film ini menurut saya adalah dokter anastesinya Monji Arase yang berambut emas. Dia bisa memperkirakan berat badan orang yang dilihatnya dengan sangat tepat. Berat badan adalah faktor utama dalam ketepatan dosis anastesi sebab operasi bedah jantung adalah operasi sulit yang memerlukan waktu lama. Dia sangat suka memanggil orang dengan menggunakan berat badan mereka. Dia biasa memanggil Asada Sensei dengan “76 Kg” dan Ijuin dengan “58 Kg”. Saya dan teman-teman pernah meniru perilakunya dulu (haha). Jangan ditiru ya teman-teman, sebab bagi wanita berat badan adalah aib.


2. Code blue


If it can be treated one second earlier, the heart might start beating again.
If there is one extra helicopter, another life in danger may be saved.
If one more life can be saved, the Japanese medical community may regain trust.

Jika bisa diobati satu detik sebelumnya, jantung mungkin bisa berdetak lagi.
Jika ada satu helikopter tambahan, kehidupan lain dalam bahaya bisa diselamatkan.
Jika satu kehidupan lagi yang bisa diselamatkan, komunitas medis Jepang mungkin mendapatkan kembali kepercayaan.

Code bule mengisahkan empat orang dokter yang baru lulus dan masih magang di sebuah rumah sakit. Di rumah sakit tersebut ada sebuah program namanya Dokter Heli yaitu mengirimkan dokter ke lokasi bencana atau tempat-tempat yang tidak terjangkau. Diperankan oleh Yamapi yang super ganteng sebagai Dokter Aikawa. Salah satu adegan yang paling saya ingat adalah peristiwa kecelakaan beruntun di terowongan. Mereka harus menyelamatkan pasien yang badannya terhimpit truk! Film ini mengajarkan bahwa waktu dan ketepatan diagnosis adalah prioritas utama dalam dunia medis. Bahkan dokter sekalipun dapat memiliki rasa gugup yang luar biasa saat mereka dituntut bekerja dengan ekstra cepat.


3. Voice


Forensik adalah satu-satunya yang dapat mendengar suara mereka yang telah mati. Mencari rahasia dibalik suatu kematian, Itulah konsep dari film ini. Voice menampilkan cerita tentang lima orang mahasiswa kedokteran yang bergabung dalam jurusan patologi forensik. Meskipun tentang forensik yang dibahas di sini bukanlah sebuah kematian yang disebabkan oleh pembunuhan, namun merukan kematian dengan kasus-kasus yang tidak normal. Film ini dikisahkan dengan santai dan lebih banyak unsur humornya dari pada film-film sejenisnya. Kesalahpahaman antara orang yang meninggal dengan kerabatnya di film ini berhasil membuat saya membuang puluhan lembar tisu. Romance dan kisah persahabatan antara tokoh utamanya juga cukup menarik untuk disimak.


4. Dokter Koto


Namanya Kensuke Goto, ia dulunya seorang dokter Universitas yang pindah tugas ke sebuah pulau terpencil yang bernama Pulau Koshiki. Pada awalnya, orang –orang di pulau itu tidak suka dengan kehadiran seorang dokter, terlebih usia dokter Goto masih muda. Satu-satunya rekan yang ia miliki hanyalah suster bernama Ayaka Hoshino yang sudah 2 tahun menjadi perawat di Pulau terpencil itu. Menurut Ayaka, nantinya tidak akan banyak pasien di klinik tersebut karena sebagian besar memilih untuk berobat ke pulau utama, atau meminum ramuan tradisional saja. Tetapi ternyata semuanya berubah, Goto harus berkali-kali melakukan operasi, bahkan terhadap orang yang awalnya sangat tidak percaya akan pengobatan dokter.

Saya ingat dulu komik ini diterbitkan di Shonen Stars. Saya baca Shonen Star hanya untuk mengikuti komik fenomenal favorit saya Detective Conan. Namun beberapa cerita dalam komik tersebut ternyata sangat menarik untuk diikuti. Salah satunya Dokter Koto. Jangan lupa siapkan tisu kalau mau baca komik ini.


Itulah beberapa cerita bergenre medical thriller yang saya sukai. Sebenarnya masih ada banyak lagi yang dari Korea, namun saya memang lebih prefer ke film dan komik produksi Jepang untuk genre ini. Menurut saya drama Korea kurang fokus. Mereka selalu menyisipkan setidaknya 60% romance dalam cerita sementara medical thrillernya hanya sedikit.

Salah satu drama Korea yang mengecewakan bagi saya adalah Obstetri Ginekologi yang pada akhir ceritanya lebih banyak membahas hubungan kisah cinta segitiga antar tokoh utamanya ketimbang medical thrillernya.

Bagaimana pendapat teman-teman setelah membaca tulisan saya? Apakah teman-teman tertarik menghidupkan genre ini di Indonesia? Unsur terpenting dalam semua cerita medical thriller menurut saya adalah riset. Carilah data sebanyak-banyaknya agar dapat menuliskan kisah dengan sangat real dan tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran.

Mungkin teman-teman ada yang berpendapat “Ah, Rachmah sih bisa saja nulis genre begituan dia kan mantan dukun beranak!” Menurut saya tidak juga. Para penulis cerita di atas tidak semua berprofesi sebagai dokter sungguhan. Sama seperti jika kita menulis kriminal thriller, apakah kita harus membunuh dulu baru bisa menulis? Kita tidak sedang membuat autobiografi, di mana kita harus memiliki pengalaman di bidang itu. Saya sangat bersedia menjadi informan bagi teman-teman yang tertarik pada genre ini.
Salam Penulis ^^

By : Rachmah Wahyu
Twitter : @rachmah_wahyu

Tuesday, June 7, 2016

Karakteristik Detective Thriller


Thriller berasal dari bahasa Inggris yang artinya cerita seru. Detective thriller adalah sub genre dari thriller yang artinya cerita seru detektif. Detective thriller mewujudkan cerita bertema pembunuhan, pencurian, perampokan, pengejaran, dan segala bentuk tindakan kriminal.

Fokus dalam sub genre ini adalah sang detektif yang berupaya mengungkap kasus-kasus kriminal tersebut. Contohnya Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle, Hercule Poirot dan Miss Maple karya Agatha Christie, komik Detektif conan karya Aoyama Gosho dan yang terbaru The Cormoran Strike Mysteries novel oleh Robert Galbraith (J.K. Rowling).

Saya mencintai genre ini sejak dari kelas empat SD yaitu sekitar tahun 1999-2000 (ketahuan nih umur berapa). Alasan saya menyukai genre ini adalah timbulnya rasa berdebar-debar karena pengaruh adrenalin yang muncul saat membaca cerita semacam ini. Katanya berdeg-degan itu pertanda cinta kan? (hoho)

Setelah membaca berbagai cerita detektif dari tahun 1999 sampai tahun 2016 ada beberapa karakteristik dari novel ini yang saya sadari.

1. Selalu ada tokoh detektif, biasanya digambarkan sempurna, pintar dan memiliki kemampuan deduksi yang tinggi.

2. Selalu ada penjahat dibalik semua peristiwa atau misteri.

3. Selalu ada korban yang dirugikan.

4. Biasanya diawali dengan kematian seseorang atau penemuan mayat.

5. Ada proses investigasi, yaitu mewawancari para tersangka.

6. Tersangka bisa memiliki alibi maupun tidak memiliki alibi.

7. Ada bukti yang dapat memberatkan si pelaku.

Awalnya saya berpikir genre thriller adalah genre yang sangat sulit dan tidak mungkin saya dapat menulisnya. Namun pada akhir tahun 2012 saya mencoba menelaah karya-karya Agatha Christie serta novelis thriller Indonesia favorit saya, S. Mara GD.

Saya banyak terpengaruh oleh tulisan Aoyama Gosho. Saya berpikir bahwa plot cerita detektif itu seharusnya jalan-jalan ke suatu tempat, menemukan mayat, mencari bukti lalu mengungkap kasus kejahatan. Namun karya Agatha Christie memiliki alur yang sangat berbeda. Pembunuhan bisa saja terjadi beberapa tahun yang lalu dan bukti fisik tidak harus selalu ada.

Satu hal yang membuat saya sangat addicted dengan karya Queen of Crime ini adalah karena unsur psikologis yang sangat kuat. Saya sering dibuat tertipu saat menebak siapa sebenarnya identitas si pelaku. Dua karya Agatha Christie yang terbaik menurut saya adalah Murder On The Orient Express dan Buku Catatan Josephine. Pembunuh dalam dua novel ini sama sekali tidak terduga.

Agatha Christie jarang menciptakan alibi. Biasanya semua tokoh dalam novelnya patut dicurigai. Dia sangat pandai mengarahkan pembacanya untuk mencurigai salah satu tokoh yang ternyata bukan pelakunya.

Cerita detektif lainnya yang mematahkan teori saya adalah QED dan CMB karya Motohiro Katou. Motohiro Katou tidak melulu menulis cerita tentang pembunuhan namun juga pencurian, hantu, mitos-mitos dan legenda. Tidak selalu ada penjahat dalam karya Katou. Beberapa  peristiwa terjadi secara alamiah dan dapat dijelaskan dengan logika dan deduksi yang mantap.

Setelah membaca karya-karya penulis di atas, saya menyimpulkan bahwa karakteristik dari sebuah cerita detektif hanya ada dua yaitu misteri dan ketegangan. Misteri adalah sebuah peristiwa yang tidak kita ketahui apa penyebabnya, sementara ketegangan berhubungan dengan waktu, kerugian atau nyawa seseorang.

Oleh : Rachmah Wahyu
Twitter : @rachmah_wahyu

Wednesday, May 11, 2016

Review Captain America 3: Civil War

Captain America: Civil War (Sumber: Marvel)

Jika kau kebetulan mampir ke blog ini untuk mendapatkan saran cepat tentang film Captain America 3: aku sarankan kau untuk menonton film ini. Kalau punya dana lebih, nontonlah di bioskop. Lebih seru lagi kalau beramai-ramai.

Menonton film Captain America 3 membuatku melihat bahwa Marvel semakin lihai membuat cerita dan memadu-padankan tokoh-tokoh super hero yang ia miliki ke dalam cerita. Untuk serial Captain America, rasa thriller serial ini semakin kental saja. Sebenarnya di film Captain America 2: Winter Soldier, thriller sudah terasa cukup kental dengan munculnya konfllik di tubuh Shield, konflik internal pimpinan Shield, penyusupan oleh Hydra, pembunuhan Nick Fury, dan Captain America terjebak di tengah badai konflik tersebut. Captain America 2 berakhir dengan luluh lantaknya Shield.

Captain America 3 masih memakai resep 'konflik internal', namun lebih cantik lagi. Dan organisasi yang dipilih kali ini adalah Avenger.
Jika di Captain America 2, kau bisa dengan mudah memihak karena tokoh jahatnya (antagonis) adalah anggota Hydra, maka di Captain America 3 tidak semudah itu. Kau bisa saja menonton bersama teman-temanmu, duduk bersebelah-sebelahan, nonton di waktu yang sama, makan popcorn dan minum soda dari penjual yang sama, tapi di akhir film, kau dan temanmu mungkin saja punya pendapat berbeda tentang pihak dibela: Captain America atau Ironman?

Emosi. Menurutku hal ini digarap sangat serius di film ini. Aku menemukan dilema dan pertanyan berikut dilontarkan oleh penulis cerita:
• Kalau kau dan teman-temanmu adalah superhero, pejuang kebaikan, pantang korupsi, dan menjujung banyak nilai-nilai kebaikan namun dalam memperjuangkan kebaikan tetap saja menimbulkan korban rakyat sipil yang tidak berdosa, maukah kau diatur oleh kelompok lain--dalam hal ini PBB--yang kau tahu cuma orang biasa yang sangat mungkin untuk disusupi dan bertindak korup?
• Apa yang akan kau lakukan jika kau tahu teman baikmu diperalat untuk melakukan kejahatan, tapi kau pun tahu ia benar-benar melakukannya namun tanpa ia sadari?
• Mana yang harus kau ikuti, kepentingan kelompok atau hati nurani?
• Apa yang akan kau lakukan jika orangtuamu dibunuh? Pertanyaan ini menarik karena coba dijawab oleh dua tokoh: Ironman dan Black Panther.

Daftar di atas masih bisa dilanjutkan dan tidak ada jawaban benar atau salah. Bersama banyaknya dilema, maka muncullah banyak twist.

Seperti film Marvel lain, adegan-adegan aksinya sangat seru, jadi kau tak perlu takut akan disuguhi drama membosankan.

Satu saja kritikku: di menit awal, setup untuk konflik terasa lebih lama. Tapi aku paham, untuk membuat sebuah kelompok super hero bersiteru memang bukan perkara mudah. Perlu alasan yang kuat.

Film Captain America 2 diakhiri dengan luluh lantaknya organisasi Shield, nah, apakah Captain America 3 akan berakhir dengan luluh-lantaknya Avenger?

Yah, kau tonton saja sendiri ya.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Subscribe di newsletter Thriller Id untuk mendapatkan notifikasi lewat email jika ada tulisan baru di web ini.

Salam,

Ronny Mailindra

Tuesday, October 13, 2015

Interview with Tsugaeda


Ok, ini wawancara saya (Ftroh) dengan penulis Crime Thriller muda Indonesia, yang belakangan ini sedang bersinar yaitu Ade, atau yang lebih kita kenal dengan nama Tsugaeda.

Beberapa waktu yang dia menerbitkan novel terbarunya Sudut Mati, sebuah novel bertema kejahatan korporasi. Saya penasaran dengan ide-ide darimana dia bisa membuat novel yang cukup greget ini.


1. Langsung saja, meski saya sudah membaca cepat novel baru anda. Tapi, saya masih belum mengerti kenapa novel ini disebut Sudut Mati? Apa arti dan maknanya?

Sunday, September 20, 2015

Interview dengan Brahmanto Anindito, Penulis "Tiga Sandera Terakhir"

Kali ini ThrillerID akan mewawancarai seorang penulis thriller yang baru saja meluncurkan karya terbarunya berjudul "Tiga Sandera Terakhir". Novel terakhirnya ini adalah sebuah thriller militer yang bercerita tentang pasukan khusus militer Indonesia yang melakukan operasi sangat rahasia di pedalaman Papua untuk membebaskan sandera. Bukunya bagus, lho! ThrillerID sudah mengulasnya di link ini.
Brahmanto Anindito, Penulis Tiga Sandera Terakhir

Thanks to Mas Brahm yang sudah meluangkan waktu buat ThrillerID. Sila disimak perbincangannya di bawah ini:
============

Hai, Mas Brahm. Selamat untuk novelnya "Tiga Sandera Terakhir". Thriller militer yg keren! Biasanya sih, kalo interview, pertanyaan pertama, pasti pada nanya inspirasi dapat darimana. Tapi, di buku "Tiga Sandera Terakhir" Mas Brahm dah cerita detil soal itu pada halaman pengantar, hehe. Jadi sekarang, pertanyaannya: berapa lama riset, dan pengerjaan dari awal sampai naskah jadi?

Terima kasih. Di microsite Tiga Sandera Terakhir (www.warungfiksi.net/tiga-sandera-terakhir) juga ada informasi tambahan, lho. Kalau ada waktu, monggo dibaca-baca.

Yang jelas, ide besar cerita ini sudah digulirkan sejak pertengahan 2012. Garapnya aja yang lama. Karena, temanya lebih sulit dibanding novel-novelku sebelumnya, risetnya lebih memeras otak, beberapa kali vakum buat nunggu jawaban atau sekadar izin wawancara yang belum tentu dikabulkan, bolak-balik mengubah outline. Belum lagi, sejak akhir 2013 suhu politik mulai tinggi gara-gara pilpres. Aku emoh novelku dianggap mendukung calon tertentu, Bro! Sehingga, terpaksa vakum dulu.


Draft pertama baru kelar pada medio 2014. Setelah itu, diskusi dengan editor-editornya, revisi, editing ejaan dan bahasa, terus masuk antrean percetakan. Akhirnya, nongol deh pada Juni 2015. Nah, saat itu, pilpres sudah selesai, kan? Sudah tenang. Sebuah karya pun sudah tidak relevan lagi bila dituduh sebagai bagian dari kampanye politik pihak tertentu, hehehe....

Kalau kuperhatikan yah, tema ini sebenarnya, kan, sensitif, karena menyangkut masalah politik yang beneran ada dan masih berlangsung (separatis Papua). Apa nggak ada kekuatiran kalau ini bakal kontroversial? Misalnya dituduh menyinggung SARA, dll? Gimana Mas mengakalinya?

Ah, nggaklah. Dalam novel, nggak ada usaha menyindir atau menjelek-jelekkan suku atau ras tertentu, kok. Kalaupun ada, itu kan opini dari seorang tokoh. Bukan ide keseluruhan cerita. Pesan besar novel ini justru "kemanusiaan", "persatuan", "perdamaian", dan "ajakan untuk sama-sama memajukan Papua".
Tentu kita tidak bisa memuaskan seluruh kalangan pembaca. Kalau Tiga Sandera Terakhir dibaca orang OPM, mungkin mereka menuduhnya sebagai propaganda TNI. Di lain sisi, salah satu narasumberku yang pro-NKRI protes, "Tapi ya TNI jangan dibikin seperti ini, dong! Dukung, dong, negara sendiri!" Terus, editorku juga bilang, "Brahm, kamu ini pendukung idealisme OPM, ya?"
Lho, jadi ini bagaimana? Aku ini pro-OPM atau pro-NKRI, sih? Aku mah apa, atuh? Hahaha.... Tapi sejujurnya, aku cuma ingin menulis dengan cara jurnalis memandang dunia. Diusahakan obyektif dan tidak berpihak. Toh pada akhirnya, ceritaku berangkat dari peristiwa dan tokoh-tokoh riil. Bahkan beberapa adalah dialog-dialog riil! Selama masa riset pun aku mencoba memahami peristiwa penyanderaan oleh OPM itu dari dua sudut pandang yang berlawanan. Dari berbagai versi cerita. Lalu, ditambah bumbu entertainment, jadilah Tiga Sandera Terakhir.

Mengakali supaya tidak dituduh SARA? Mengakali sih mustahil, ya. Aku hanya bisa meminimalkan. Caranya? Ya seperti cara orang-orang Hollywood: Kalau ada tokoh busuk dari ras tertentu, hadirkan pula tokoh baik dari ras itu. Kalau tokoh dengan agama tertentu di-set sebagai antagonis, ya imbangi dengan tokoh beragama itu sebagai protagonis. 

Ide nasionalisme Indonesia kental banget di sini. Pembaca akan bisa menilai kalau penulisnya memang menggiring ke situ. Apa Mas Brahm memang sengaja begitu? Dalam novelnya akan selalu mengangkat nasionalisme?

Sebenarnya, baru kali ini lho aku menulis berkaitan dengan nasionalisme. Itu pun bukan sengaja. Aku penasaran dan tertantang menulis thriller militer. Kalau sudah berkaitan dengan orang-orang militer, mau apa lagi, tokoh-tokohnya mikirnya ya "nasionalisme", "patriotisme", "NKRI", "kepahlawanan", "rela binasa demi negara", dan hal-hal semacam itu, bukan?
Tapi, apa novel-novelku berikutnya akan selalu begini? Tidak selalu. Tergantung mood, hahaha....

Boleh cerita, bagaimana cara membangun karakter-karakternya Mas? Karena di TST ini ada tokoh-tokoh yang unik dan menarik. Misalnya Kolonel Nusa, lalu Kresna, dan ada juga Nona, cewe Papua yang trengginas juga.

Standar aja, kok. Kasih "identitas KTP", gambarkan fisiknya, sifat-sifatnya, bayangkan siapa dia di dunia nyata (bisa hasil modifikasi dari seorang teman, tokoh masyarakat, artis, atau murni imajinasi kita), lalu letakkan dia dalam alur dan bayangkan bagaimana perilakunya dalam situasi seperti itu. Jadi, deh!

Mas Brahm tipe penulis yang bikin outline dulu apa nggak? Apakah semuanya sudah terencana, atau Mas nulis mengalir saja?

Bikin, dong. Aku kan nggak jago "ndongeng mengalir spontan" seperti Stephen King. Outline bagiku seperti peta. Tanpa peta, aku bisa tersesat dan nggak sampai-sampai. Wong dengan peta aja aku masih suka muter-muter, entah itu karena memang pingin mampir sana-sini atau benar-benar tersesat.

Siapa penulis yang paling disukai dan paling berpengaruh dalam kepenulisan Mas?

Ini pertanyaan berat dan maaf kalau hanya bisa kujawab, "Entahlah." Aku suka Stephen King, Dan Brown, Anne Rice, Bram Stoker, Clara Ng, Dahlan Iskan, M. Fauzil Adhim, dll. Tapi tidak semua karya mereka aku suka. Dan aku juga tidak ingin menulis dengan gaya seperti mereka. Aneh, ya?

Sisipan-sisipan humor dalam dialog tokoh-tokoh di TST juga menarik. Ada treatment khususkah soal ini? Apakah terinspirasi dari dialog-dialog yang beneran pernah didengar? Atau spontan mengalir saja? Soalnya suka pas banget momennya. Misalnya soal debat klub sepakbola itu, dan juga soal nama kode tim penyerbu di babak akhir.

Hihihi, itu hanya buah dari berkali-kali membaca ulang naskah, sehingga sesekali muncul ide, "Kalau dibikin gini, rasanya lucu, kali ya! Kalau ditambahi gini, rasanya adegannya jadi lebih segar, nih...." Gitu aja.

Ada komentar soal genre thriller di novel Indonesia?

Masih sepi penggemar, mungkin. Pembaca kita seperti takut membaca sesuatu yang "mengerikan", yang bikin terbawa sampai mimpi. Nggak pa-palah, biar pun akibatnya adalah royalti yang tidak bisa diandalkan untuk hidup, hahaha....

Boleh kasih bocoran ke pembaca, apa nih proyek penulisan berikutnya?

Ada beberapa. Ada yang settingnya di Papua lagi, di Blora, di Semarang, atau di Kalimantan. Tapi yang sudah 20 persen, novel thriller berlatar Blora, kota kelahiran Pramoedya Ananta Toer. Ini cerita dengan tokoh anak SD yang secara tiba-tiba.... ah, kapan-kapan saja ceritanya. Hehehe....

Okeeh. Sementara itu dulu Mas. Terima kasih atas waktunya. Sukses untuk tulisan berikutnya!

Sama-sama, Bro Ade. Oh ya, aku mengajak teman-teman penulis dan pembaca di ThrillerID untuk selalu saling bertukar ilmu dan saling mendukung. Demi semarak dan bervariasinya dunia literasi Indonesia. Juga demi kondusifnya iklim thriller di Indonesia.