Tuesday, June 7, 2016

Karakteristik Detective Thriller



Thriller berasal dari bahasa Inggris yang artinya cerita seru. Detective thriller adalah sub genre dari thriller yang artinya cerita seru detektif. Detective thriller mewujudkan cerita bertema pembunuhan, pencurian, perampokan, pengejaran, dan segala bentuk tindakan kriminal.

Fokus dalam sub genre ini adalah sang detektif yang berupaya mengungkap kasus-kasus kriminal tersebut. Contohnya Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle, Hercule Poirot dan Miss Maple karya Agatha Christie, komik Detektif conan karya Aoyama Gosho dan yang terbaru The Cormoran Strike Mysteries novel oleh Robert Galbraith (J.K. Rowling).

Saya mencintai genre ini sejak dari kelas empat SD yaitu sekitar tahun 1999-2000 (ketahuan nih umur berapa). Alasan saya menyukai genre ini adalah timbulnya rasa berdebar-debar karena pengaruh adrenalin yang muncul saat membaca cerita semacam ini. Katanya berdeg-degan itu pertanda cinta kan? (hoho)

Setelah membaca berbagai cerita detektif dari tahun 1999 sampai tahun 2016 ada beberapa karakteristik dari novel ini yang saya sadari.

1. Selalu ada tokoh detektif, biasanya digambarkan sempurna, pintar dan memiliki kemampuan deduksi yang tinggi.

2. Selalu ada penjahat dibalik semua peristiwa atau misteri.

3. Selalu ada korban yang dirugikan.

4. Biasanya diawali dengan kematian seseorang atau penemuan mayat.

5. Ada proses investigasi, yaitu mewawancari para tersangka.

6. Tersangka bisa memiliki alibi maupun tidak memiliki alibi.

7. Ada bukti yang dapat memberatkan si pelaku.

Awalnya saya berpikir genre thriller adalah genre yang sangat sulit dan tidak mungkin saya dapat menulisnya. Namun pada akhir tahun 2012 saya mencoba menelaah karya-karya Agatha Christie serta novelis thriller Indonesia favorit saya, S. Mara GD.

Saya banyak terpengaruh oleh tulisan Aoyama Gosho. Saya berpikir bahwa plot cerita detektif itu seharusnya jalan-jalan ke suatu tempat, menemukan mayat, mencari bukti lalu mengungkap kasus kejahatan. Namun karya Agatha Christie memiliki alur yang sangat berbeda. Pembunuhan bisa saja terjadi beberapa tahun yang lalu dan bukti fisik tidak harus selalu ada.

Satu hal yang membuat saya sangat addicted dengan karya Queen of Crime ini adalah karena unsur psikologis yang sangat kuat. Saya sering dibuat tertipu saat menebak siapa sebenarnya identitas si pelaku. Dua karya Agatha Christie yang terbaik menurut saya adalah Murder On The Orient Express dan Buku Catatan Josephine. Pembunuh dalam dua novel ini sama sekali tidak terduga.

Agatha Christie jarang menciptakan alibi. Biasanya semua tokoh dalam novelnya patut dicurigai. Dia sangat pandai mengarahkan pembacanya untuk mencurigai salah satu tokoh yang ternyata bukan pelakunya.

Cerita detektif lainnya yang mematahkan teori saya adalah QED dan CMB karya Motohiro Katou. Motohiro Katou tidak melulu menulis cerita tentang pembunuhan namun juga pencurian, hantu, mitos-mitos dan legenda. Tidak selalu ada penjahat dalam karya Katou. Beberapa  peristiwa terjadi secara alamiah dan dapat dijelaskan dengan logika dan deduksi yang mantap.

Setelah membaca karya-karya penulis di atas, saya menyimpulkan bahwa karakteristik dari sebuah cerita detektif hanya ada dua yaitu misteri dan ketegangan. Misteri adalah sebuah peristiwa yang tidak kita ketahui apa penyebabnya, sementara ketegangan berhubungan dengan waktu, kerugian atau nyawa seseorang.

Oleh : Rachmah Wahyu
Twitter : @rachmah_wahyu

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

No comments:

Post a Comment