Tuesday, January 2, 2018

Lima Rekapitulasi 2017 untuk Thriller dan Detektif




Oleh: Ayu Welirang (http://www.ayuwelirang.com)

Selamat tahun baru 2018, wahai pembaca! Mengawali tahun 2018 ini, izinkan saya untuk membuat rekapitulasi tentang semua literatur maupun film serta serial thriller dan detektif yang berhasil saya selesaikan di tahun 2017. Beberapa buku, film, serta serial ini sebenarnya merupakan bagian dari riset saya untuk merampungkan salah satu naskah thriller yang saya garap. Adapun sub-genre yang akan muncul dalam rekapitulasi ini cukup beragam. Tapi, saya akan mencoba untuk memberikan ulasan personal atas ‘judul’ yang saya sebutkan di sini, sebagai bentuk apresiasi sekaligus memberikan sedikit informasi pada Anda. Jadi, apa saja daftar thriller dan detektif yang berhasil selesai selama tahun 2017 ini? Mari simak daftarnya di bawah ini.

1.    Time Renegades


Time Renegades ini adalah salah satu film yang dirilis oleh CJ Entertainment Korea Selatan tahun 2016. Namun, saya memang baru sempat menontonnya di tahun 2017. Awal menonton, saya kira film ini akan penuh dengan drama atau romansa dan dibumbui sedikit suspense. Namun, ternyata tidak sesederhana itu, karena boleh saya sebut kalau film ini merupakan lintas genre. Nuansa thriller dan misterinya lebih dominan daripada romance, walau Kwak Jae-yongsang sutradara mengkategorikan filmnya sebagai suspense-romance.
Film ini berkisah tentang Detektif Gun Woo yang sedang bertugas di malam tahun baru untuk menangkap buronan yang kemungkinan muncul di kerumunan orang yang menanti tahun baru. Dia lantas melihat sosok perempuan (diperankan oleh Lim Soo-jung) melintas dan agak terpana. Di saat bersamaan, pada tahun 1983, Ji-Hwan dan kekasihnya, sedang menanti tahun baru 1984, lalu terjadi insiden pencopetan di tengah kerumunan. Pada tahun 2015, Gun Woo juga mengalami hal serupa seperti 1983, yaitu berkejaran dengan penjahat, walau premis pengejarannya berbeda (yang satu mengejar buronan, yang satu mengejar pencopet). Singkat kata, mereka sama-sama terluka akibat senjata yang dibawa si penjahat, lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah siuman, mereka tiba-tiba bisa saling melihat kehidupan satu sama lain melalui mimpi, walau berbeda tahun hidup.
Hal ini menggambarkan, bahwa misteri yang diusung dalam Time Renegades merupakan misteri lintas genre dengan sains fiksi sub-genre time travel. Lantas, tragedi pembunuhan, kebakaran sekolah Ji-Hwan, dan juga kematian misterius siswi sekolah menggambarkan teka-teki yang harus dipecahkan oleh kedua detektif, karena hingga tahun 2015, rupanya si penjahat di tahun 1983 masih melakukan kejahatannya. Penjahat dalam film ini digolongkan sebagai psikopat yang memiliki rencana cerdas, bahkan bisa memalsukan atau framing kejahatan terhadap orang lain. Dan berlanjutlah kisah yang mendebarkan dengan berbagai kematian.
Saya cukup menyukai film ini, karena sejauh yang saya tahu, Korea Selatan didominasi oleh kisah cinta atau slice-of-life dan juga komedi romantis. Maka, saat tahu ada cerita yang katanya romantis tetapi malah lebih banyak unsur misterinya, saya jadi antusias. Film ini cocok untuk mereka yang menyukai kisah misteri yang lintas genre dengan time travel.

2.    Spammer


Berbeda dengan daftar di nomor satu, yang ini adalah novel. Novel Spammer ditulis oleh Ronny Mailindra, dan terbit di tahun 2016. Jadi, sebenarnya saya agak berdosa karena baru menyelesaikan novel ini di tahun 2017. Banyak distraksi yang muncul sehingga pembacaan novel ini harus tertunda.
Spammer merupakan salah satu novel thriller Indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka—mengingat ada banyak novel thriller maupun detektif lainnya yang juga diterbitkan Bentang, seperti Rencana Besar, Hibiscus, Sudut Mati, Koin Terakhir, dan lain sebagainya. Saya tertarik dengan Spammer, karena premis atau temanya agak mirip dengan salah satu naskah yang saya rampungkan di GWP 2 tahun 2015, yaitu cerita bernuansa techno-thriller. Dan satu hal yang saya senangi dari Spammer adalah, kemampuan Bang Ronny Mailindra dalam membuat deskripsi latar dan suasana. Ini adalah hal yang sulit, karena kebanyakan penulis memang lebih suka tell daripada show. Namun, di novel Spammer ini, kita bisa mencerna beberapa istilah IT (Information Technology), tanpa harus merasa dikuliahi oleh Bang Ronny.
Tapi, hal itu tidak sepenuhnya sesuai kalau saya memposisikan diri sebagai pakar IT (kebetulan saya bekerja di bidang IT juga, jadi sedikit banyak paham tentang apa yang ada dalam novel). Namun, kali ini saya tidak memposisikan diri sebagai ‘anak IT’ melainkan sebagai pembaca awam. Dan saya rasa, pembaca awam akan dapat mencerna apa yang Bang Ronny suguhkan dalam Spammer karena istilah IT yang ada, dijelaskan dengan cukup jelas melalui dialog dan deskripsi.

3.    Mindhunter


Beralih dari techno-thriller, saya terlempar ke psycho-thriller dengan sedikit bumbu police procedural, karena melibatkan tim FBI dan kepolisian lokal atau negara bagian di Amerika Serikat. Mindhunter sendiri diangkat dari buku non fiksi berjudul sama karya John Douglas—mantan agen FBI dan Mark Olshaker, seorang penulis. Mindhunter versi televisi, kurang lebih sama dengan kejadian nyata yang dialami John Douglas, saat pertama kali merintis criminal profiling di FBI tahun 70-an.
Tokoh John Douglas, menginspirasi Holden Ford—agen FBI fiktif dalam serial televisi—ketika memulai criminal profiling dan mengembangkan strategi untuk mewawancara atau menginvestigasi para pelaku kriminal. Pada masa itu, FBI dan kepolisian masih melakukan praktik penangkapan biasa saja, sesuai prosedur yang kolot. Namun, dengan terbukanya pikiran Holden Ford untuk bersekolah lagi—karena didorong kekasihnya yang postgrad di program studi Sosiologi. Holden Ford akhirnya mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan psikologi kriminal dan mencoba untuk mengembangkannya di FBI. Namun, terhalang dengan tahun 70-an yang masih kolot dan belum bisa move on ke strategi-strategi moderen atau belum terbukti, maka proses pengembangan criminal profiling masih dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Ford bersama partnernya, Bill Tench dari Behavioral Science Unit di FBI, berkeliling Amerika untuk mengajar kepolisian lokal tentang criminal profiling, sekaligus mengumpulkan profil dan juga macam-macam pemicu perilaku kriminal.
Sepanjang menonton, jangan harap ada adegan percintaan atau drama manis, karena serial ini menitikberatkan pada bagaimana Ford dan Tench mewawancara atau mencaritahu perilaku kriminal. Ada banyak bahasa seksis, kata-kata tidak senonoh, vulgar, dan mengintimidasi. Banyak juga gambar korban kejahatan yang brutal dengan tanda-tanda kekerasan seksual. Hal semacam ini tentu tidak cocok ditonton dengan semangkuk mi ayam atau mi bakso. Anda mungkin bisa muntah.
4.    Fabricated City dan Defendant


Baiklah, kembali ke yang santai, yaitu film dan serial televisi produksi Korea Selatan. Mengapa saya menggabung kedua judul ini dalam satu bahasan? Tentu saja karena premis yang disuguhkan kurang lebih sama, yaitu tentang konspirasi. Mungkin, saya akan menyebutnya conspiracy thriller. Kedua judul di atas—Defendant dan Fabricated City—sama-sama berkutat pada tokoh utama atau protagonis, yang mengalami framing alias kejahatan yang ditimpakan pada mereka. Jadi, mereka ini sebenarnya tidak jahat, tapi di awal film, mereka dijebloskan ke penjara dan bangun tanpa tahu alasan mereka dipenjara. Keduanya juga berusaha melarikan diri dari penjara dan berhasil.
Ketika keduanya berhasil kabur, ada pembunuh bayaran yang bergerak cepat dan memburu mereka. Entah kenapa, plot kedua kisah ini mirip. Yang membedakan keduanya hanyalah tokoh antagonis. Dalam serial Defendant, tokoh antagonis adalah konglomerat yang membunuh saudara kembarnya dan berpura-pura menjadi si saudara kembar yang mati. Ia lalu memburu semua orang yang kemungkinan tahu identitasnya—kecuali orang kepercayaan dia tentu saja. Sementara itu, di Fabricated City, tokoh antagonis sebenarnya adalah orang yang tidak terduga-duga, dan ternyata ada di balik semua fabricated case atau kasus yang dipalsukan dan merupakan pesanan dari anak orang kaya yang tidak ingin masuk penjara. Maka si tokoh antagonis ini membuat framing alias berita dan setting bohong di mana seolah-olah si Ji Chang-wook—pemeran Kwon Yoo dalam Fabricated City—yang melakukan kejahatan.

5.    Cold Case


Nomor lima ini, diproduksi oleh WOWOW, Jepang, walau ide ceritanya diadaptasi dari Cold Case Amerika oleh Meredith Stiehm. Ada sepuluh episode di mana setiap episode membahas kasus dingin—kasus yang sudah lama berlalu dan dibuka kembali sebelum statute of limitation kasus berakhir. Tokoh utamanya adalah favorit saya, yaitu Yo Yoshida yang memerankan Yuri Ishikawa. Yo Yoshida sendiri juga pernah bermain sebagai polisi wanita dalam serial Ourobouros yang diadaptasi dari manga. Dan di sini, dia juga bermain dengan Kenichi Takito dan Ken Mitsuishi yang juga muncul di Ourobouros.
Cold Case mungkin menjadi sepuluh episode yang menurut saya cukup berbobot, karena setiap episode digambarkan dengan plot yang padu (menurut saya loh ya). Walau satu episode hanya sepanjang 45 menit, tapi cara pemecahan kasus di divisi kasus dingin memakai metode yang berbeda. Berhubung di divisi itu berisi orang yang berbeda-beda juga watak dan perilakunya, mereka bisa saling menopang dengan metode mereka masing-masing. Dan pada akhirnya, satu kasus yang pada episode lima telah tercium bahwa penjahatnya adalah si “Pemburu”, tapi kita baru tahu misterinya di episode sepuluh. Jadi, di serial ini sudah lintas sub-genre detektif, mulai dari police procedural, whodunnit, dan howcatchem. (Baca https://detectivestoryid.wordpress.com untuk lebih jelasnya).

Nah itulah lima rekapitulasi 2017 untuk thriller dan detektif favorit saya. Sebenarnya saya menghabiskan banyak referensi untuk kedua genre ini sih, jadi mungkin akan saya berikan bonus di bawah ini ya.

Bonus:


Zero no Shinjitsu
Drama tahun 2014 ini berkutat pada penyelidikan ‘jenazah’ di Kanto Medical Center. Jadi, sudah pasti tokoh utama (diperankan oleh Emi Takei) dan tokoh lainnya adalah petugas forensik yang bekerjasama dengan kepolisian. Di sini kita sedikit banyak tahu kondisi-kondisi jenazah setelah mati, bagaimana cara mengidentifikasi proses kematiannya, dan bahkan bisa mengidentifikasi siapa yang mati duluan ketika menemukan dua jenazah bersebelahan.

Stranger (Secret Forest)
Saya masukkan ini ke dalam bonus, karena tentu saja ada Bae Doona. Doona Bae sudah terkenal di internasional karena bermain dalam film dan serial garapan The Wachowskis, yaitu Sense8 dan Cloud Atlas. Dari sana, saya jadi suka. Dan di sini, saya suka banget sama Doona Bae karena dia jadi tokoh polisi wanita yang cerdas (tidak banyak drama wanita), dan dia benar-benar bisa memukul orang sampai babak belur tanpa pandang bulu.

Witch’s Court
Mohon maaf, ini juga drama Korea. Karena saat ini sedang banyak drama Korea yang tidak cuma ‘romantis’, saya jadi ingin memasukkan ini ke daftar bonus. Drama ini tidak ada romantis-romantisnya sama sekali, karena dari judulnya saja sudah “Witch”. Jadi, drama ini berkutat di kisah Ma Yi Deum, seorang Jaksa Penuntut Umum atau Prosecutor, yang dalam bahasa Korea disebut Geomsa. Ma-geomsa hidup sendirian sampai ia dewasa, karena saat masih SMP, ibunya diculik karena menjadi saksi kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh detektif dengan backing kuat. Sampai ia dewasa, si detektif yang dulu menculik ibunya, rupanya nyalon jadi Senator (khas Indonesia banget ya, orang banyak kasus HAM malah nyalon jadi apalah). Sampai dewasa dia belum aware sih, sampai akhirnya dia memecahkan berbagai investigasi bersama tim ‘Sex Crimes Special Division’. Ma-geomsa kerap memakai metode investigasi yang ‘jahat’ alias seperti ‘nenek sihir’, demi mendapatkan fakta yang ia inginkan. Tapi, drama ini worth untuk ditonton, karena baru kali ini saya menonton drama dengan tokoh perempuan yang kuat, bahkan tergolong jahat pada diri sendiri, karena dia jarang nangis dan benar-benar punya mental baja.

Lesson of the Evil
Ini film sudah lama, sekitar tahun 2012. Tapi, saya masukkan ke daftar bonus, karena film ini termasuk yang saya ulang terus. Kenapa diulang? Hal itu selain karena ada Hideaki Ito, saya juga menonton film ini untuk riset tokoh psikopat dan apa saja perilaku mereka yang bisa diidentifikasi, walau psikopat memang terkadang tidak terduga. Lesson of the Evil ini bercerita tentang guru tampan, charming, idola para siswi, namun punya sisi gelap, yaitu dia adalah psikopat. Dia akhirnya menghabisi seluruh siswanya di sekolah dan pura-pura diserang. *spoiler

Sekian saja rekapitulasi saya—yang sebenarnya masih banyak tapi takut terlalu panjang kalau ditulis semua. Semoga menambah informasi dalam mencari bahan-bahan untuk riset thriller dan cerita detektif. Akhir kata saya ucapkan terima kasih telah membaca ini, dan semoga di tahun 2018, makin banyak lagi cerita thriller baik dalam film maupun buku yang dirilis oleh orang Indonesia.




ftrohx

twitter saya ; @ftrahx